Cool Blue Outer Glow Pointer

EMANOEL

EMANOEL TILI.COM"..Selamat Datang Di Blog Emanoel Tili.."

Selasa, 29 September 2015

Photogarph wisata ende

DANKE (Danau Kelimutu)



Putri NTT berpose di danau kelimutu




Tangga menuju TUGU danau kelimutu


3 Danau


Air terjun kedebodu





Air terjun murundao






Kolam air panas detusoko





Pantai penggajawa ende









Pantai ria ende









Situs rumah bung karno





Makam ibu ASMI 
mertuanya bung karno


Benteng portugis
di ende



Gua peninggalan tentara jepang
di ende




Pelabuhan bung karno


Bandara H.hasan Aroeboesman



Rabu, 23 September 2015

awal terbentuknya dasar negara ''pancasila''

10599385_758471840866004_7475584314979141634_n
pohon sukun
  
Di kota ini kutemukan lima butir mutiara,  dan di bawah Pohon Sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila”  
 (Soekarno)

Pohon sukun bercabang lima di Taman Rendo, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, hingga kini tumbuh seakan menjadi saksi bisu sejarah tercetusnya pokok pikiran Pancasila yang menjadi dasar negara Republik Indonesia.

Di kota inilah, lahir pemikiran Soekarno (Bung Karno) yang kemudian menjadi dasar negara Indonesia. Di bawah pohon itulah Bung Karno sering kali merenung, menghabiskan waktu di sore hari sambil memandangi Laut Flores untuk memikirkan ide-ide Pancasila dan kebhinnekaan Bangsa Indonesia ketika ia diasingkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda tahun 1934-1938.
Pohon sukun itu berdiri di atas sebuah bukit kecil menghadap ke teluk. Hampir saban hari selama pembuangan di Ende, Flores, Soekarno selalu mengunjungi pohon itu untuk sekadar memandanginya selama berjam-jam.

"Suatu kekuatan gaib memaksaku ke tempat itu hari demi hari," kata Soekarno yang dibuang pemerintah Belanda ke pulau ende yang sunyi itu dari 1934 sampai 1938.
Dalam otobiografinya 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia', sang proklamator menganggap pohon itu bukan sekadar pohon. Tetapi juga pemberi ilham menggali Pancasila.
Soal ilham pohon bernama latin Artocarpus communis itu pernah diungkapkan Bung Karno di hadapan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945, atau tepat 67 tahun lalu.

"Di Pulau Flores yang sepi, di mana aku tidak memiliki kawan, aku telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di bawah sebatang pohon di halaman rumahku, merenungkan ilham yang diturunkan oleh Tuhan, yang kemudian dikenal sebagai Pancasila," cetus Bung Karno.
Bung Karno mengatakan, apa yang dia kerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi dan tradisi-tradisi nusantara sendiri. "Dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah," ujarnya.

Lima mutiara itu adalah berharga itu adalah: Kebangsaan, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Demokrasi, Keadilan Sosial dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan inilah yang kemudian menjadi Pancasila sekarang.
"Jika kuperas yang lima ini menjadi satu, maka dapatlah aku satu perkataan Indonesia tulen, yaitu perkataan gotong-royong," kata Bung Karno.

Pidato Soekarno di BPUPKI itu mendapat tepuk tangan meriah. Pancasila diterima secara aklamasi.BPUPKI kemudian membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan dan menyusun Undang-Undang Dasar dengan berpedoman pada pidato Bung Karno tersebut. Dibentuklah Panitia Sembilan (terdiri dari Ir. Soekarno, Mohamad hata Mr. AA Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul kahar muzakir, Agus Salim, Achmad Soebardjo, Wahid Hasjim, dan Mohammad Yamin). Mereka ditugaskan untuk merumuskan kembali Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945.

Setelah melalui proses persidangan dan lobi-lobi akhirnya rumusan Pancasila hasil penggalian Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945, yang disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia merdeka pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh BPUPKI. Hingga kini setiap 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila.



monumen atau patung soekarno yang di buat di ende dan menghadap ke laut disamping patung terdapat sebuah pohon sukun.

10386370_758471854199336_3142611864522039870_n
Taman perenungan di ende,Area tempat pohon dan monumen tersebut berada dinamakan Taman Renungan. Memang, ini merupakan tempat Soekarno merenungkan masa depan Indonesia termasuk perumusan inti Pancasila.
Tahukah Anda, kata ‘Esa’ yang terdapat pada sila pertama ‘Ketuhanan yang Maha Esa’ berasal dari bahasa Ende.
Sesungguhnya ada 10 situs bersejarah di Ende yang secara bertahap akan direnovasi dan semua situs itu memiliki kedekatan dengan Bung Karno.
Kesepuluh situs itu adalah pelabuhan, pos militer, rumah pengasingan Bung Karno, Taman Rendo, Masjid Ar-Rabithah, Gereja Katedral, rumah pastoran, gedung pertunjukan “Immaculata”, eks Toko De Leew, serta makam Ibu Amsi yaitu mertua Bung Karno.

foto-foto patung soekarno di ende 

(Foto Henri Daros) 

(Foto Henri Daros) 

(Foto Henri Daros)

Jumat, 18 September 2015

sejarah kain tenun flores

SEKILAS TENTANG KAIN TENUN
Tenunan yang dikembangkan oleh setiap suku/ etnis di Nusa Tenggara Timur merupakan seni kerajinan tangan turun-temurun yang diajarkan kepada anak cucu demi kelestarian seni tenun tersebut. Motif tenunan yang dipakai seseorang akan dikenal atau sebagai ciri khas dari suku atau pulau mana orang itu berasal, setiap orang akan senang dan bangga mengenakan tenunan asal sukunya.
Pada suku atau daerah tertentu, corak/motif binatang atau orang-orang lebih banyak ditonjolkan seperti Sumba Timur dengan corak motif kuda, rusa, udang, naga, singa, orang-orangan, pohon tengkorak dan lain-lain, sedangkan Timor Tengah Selatan banyak menonjolkan corak motif burung, cecak, buaya dan motif kaif. Bagi daerah-daerah lain corak motif bunga-bunga atau daun-daun lebih ditonjolkan sedangkan corak motif binatang hanya sebagai pemanisnya saja.
Kain tenun atau tekstil tradisional dari Nusa Tenggara Timur secara adat dan budaya memiliki banyak fungsi seperti :
1). Sebagai busana sehari-hari untuk melindungi dan menutupi tubuh.
2). Sebagai busana yang dipakai dalam tari-tarian pada pesta/upacara adat.
3). Sebagai alat penghargaan dan pemberian perkawinan (mas kawin)
4). Sebagai alat penghargaan dan pemberian dalam acara kematian.
5). Fungsi hukum adat sbg denda adat utk mengembalikan keseimbangan sosial yang terganggu.
6). Dari segi ekonomi sebagai alat tukar.
7). Sebagai prestise dalam strata sosial masyarakat.
8). Sebagai mitos, lambang suku yang diagungkan karena menurut corak/ desain tertentu
akan melindungi mereka dari gangguan alam, bencana, roh jahat dan lain-lain.
9). Sebagai alat penghargaan kepada tamu yang datang (natoni)

Dalam masyarakat tradisional Nusa Tenggara Timur tenunan sebagai harta milik keluarga yang bernilai tinggi karena kerajinan tangan ini sulit dibuat oleh karena dalam proses pembuatannya/ penuangan motif tenunan hanya berdasarkan imajinasi penenun sehingga dari segi ekonomi memiliki harga yang cukup mahal. Tenunan sangat bernilai dipandang dari nilai simbolis yang terkandung didalamnya, termasuk arti dari ragam hias yang ada karena ragam hias tertentu yang terdapat pada tenunan memiliki nilai spiritual dan mistik menurut adat.
Pada mulanya tenunan dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagai busana penutup dan pelindung tubuh, kemudian berkembang untuk kebutuhan adat (pesta, upacara, tarian, perkawinan, kematian dll), hingga sekarang merupakan bahan busana resmi dan modern yang didesain sesuai perkembangan mode, juga untuk memenuhi permintaan/ kebutuhan konsumen.
Dalam perkembangannya, kerajinan tenun merupakan salah satu sumber pendapatan (UP2K) masyarakat Nusa Tenggara Timur terutama masyarakat di pedesaan. Pada umumnya wanita di pedesaan menggunakan waktu luangnya untuk menenun dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarganya dan kebutuhan busananya.





Jika dilihat dari proses produksi atau cara mengerjakannya maka tenunan yang ada di Nusa Tenggara Timur dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni :
1. Tenun Ikat ; disebut tenun ikat karena pembentukan motifnya melalui proses pengikatan benang. Berbeda dengan daerah lain di Indonesia, untuk menghasilkan motif pada kain maka benang pakannya yang diikat, sedangkan tenun ikat di Nusa Tenggara Timur, untuk menghasilkan motif maka benang yang diikat adalah benang Lungsi.
2. Tenun Buna ; istilah daerah setempat (Timor Tengah Utara) “tenunan buna” yang maksudnya menenun untuk membuat corak atau ragam hias/motif pada kain mempergunakan benang yang terlebih dahulu telah diwarnai.
3. Tenun Lotis/ Sotis atau Songket ; Disebut juga tenun Sotis atau tenun Songket, dimana proses pembuatannya mirip dengan pembuatan tenun Buna yaitu mempergunakan benang-benang yang telah diwarnai.
Dilihat dari kegunaannya, produk tenunan di Nusa Tenggara Timur terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu : sarung, selimut dan selendang dengan warna dasar tenunan pada umumnya warna-warna dasar gelap, seperti warna hitam, coklat, merah hati dan biru tua. Hal ini disebabkan karena masyarakat/ pengrajin dahulu selalu memakai zat warna nabati seperti tauk, mengkudu, kunyit dan tanaman lainnya dalam proses pewarnaan benang, dan warna-warna motif dominan warna putih, kuning langsat, merah mereon.
Untuk pencelupan/ pewarnaan benang, pengrajin tenun di Nusa Tenggara Timur telah menggunakan zat warna kimia yang mempunyai keunggulan sepeti : proses pengerjaannya cepat, tahan luntur, tahan sinar, dan tahan gosok, serta mempunyai warna yang banyak variasinya. Zat warna yang dipakai tersebut antara lain : naphtol, direck, belerang dan zat warna reaktif.
Namun demikian sebagian kecil pengrajin masih tetap mempergunakan zat warna nabati dalam proses pewarnaan benang sebagai konsumsi adat dan untuk ketahanan kolektif, minyak dengan zat lilin dan lain-lain untuk mendapatkan kwalitas pewarnaan dan penghematan obat zat pewarna.

Dari ketiga jenis tenunan tersebut diatas maka penyebarannya dapat dilihat sebagai berikut :

1). Tenun Ikat ; penyebarannya hampir merata disemua Kabupaten di Nusa Tenggara Timur kecuali Kabupaten Manggarai dan sebagian Kabupaten Ngada.

2). Tenun Buna ; Penyebarannya di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Belu dan yang paling banyak adalah di Kabupaten Timor Tengah Utara.

3). Tenun Lotis/ Sotis atau Songket ; terdapat di Kabupaten/ Kota Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Flores Timur, Lembata, Sikka, Ngada, Manggarai, Sumba Timur dan Sumba Barat.

Kedudukan masyarakat flores

Sejarah kependudukan masyarakat Flores menunjukkan bahwa pulau ini dihuni oleh berbagai kelompok etnik yang hidup dalam komunitas-komunitas yang hampir eksklusif sifatnya. Masing-masing etnis menempati wilayah tertentu lengkap dengan pranata sosial budaya dan ideologi yang mengikat anggota masyarakatnya secara utuh ( Barlow, 1989; Taum, 1997b ). Heterogenitas penduduk Flores terlihat dalam sejarah asal-usul, suku, bahasa, filsafat dan pandangan dunia.


Budaya Flores yang beraneka ragam juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Aneka tarian, lagu daerah, alat musik dan berbagai produk budaya lainnya merupakan kekayaan Flores yang menuntut warganya untuk selalu melestarikannya. Upacara-upacara adat yang unik juga dapat memberikan ciri khas bagi daerah Flores. Apabila potensi-potensi di bidang budaya ini dikembangkan, akan dapat memajukan dan meningkatkan perekonomian Flores di masa depan. Pembelajaran, pendalaman, pengembangan dan pelestarian terhadap budaya-budaya Flores harus mulai dilakukan sekarang, terutama oleh masyarakat Flores sendiri.

Suku bangsa Flores dianggap merupakan percampuran etnis antara Melayu, Melanesia, dan Portugis. maka interaksi dengan kebudayaan Portugis pernah terjadi dalam kebudayaan Flores, baik melalui Genetik, Agama, dan Budaya.

Berkaitan dengan mata pencaharian masyarakat flores, suku Mehen di Flores Timur mempertahankan eksistensinya yang dinilainya sebagai tuan tanah, jadilah mereka pendekar-pendekar perang, yang dibantu suku Ketawo. Mata pencaharian orang Flotim/Lamaholot yang utama terlihat dalam ungkapan sebagai berikut:

Ola tugu, here happen, Lua watana, Gere Kiwan, Pau kewa heka ana,
Geleka lewo gewayan, toran murin laran.

Artinya: Bekerja di ladang, Mengiris tuak, berkerang (mencari siput dilaut), berkarya di gunung, melayani/memberi hidup keluarga (istri dan anak-anak) mengabdi kepada pertiwi/tanah air, menerima tamu asing.

Mata pencaharian masyarakat Sikka umumnya pertanian. Adapun kelender pertanian sbb:

Bulan Wulan Waran – More Duru (Okt-Nov) yaitu bulan untuk membersihkan kebun, menanam, menyusul di bulan Bleke Gete-Bleke Doi – Kowo (Januari, Pebuari, Maret) masa untuk menyiangi kebun (padi dan jagung) serta memetik, dalam bulan Balu Goit – Balu Epan – Blepo (April s/d Juni) masa untuk memetik dan menanam palawija /kacang-kacangan. Sedangkan pada akhir kelender kerja pertanian yaitu bulan Pupun Porun Blebe Oin Ali-Ilin (Agustus – September).
Flores khususnya Manggarai dikenal penghasil kopi dan vanili.

Selain bermata pencaharian di bidang pertanian, perkebunan maupun perikanan,di flores juga terdapat anggota masyarakat yang berprofesi sebagai wiraswasta dan pegawai negeri.
pilih berdasarkan kabupaten

Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Nagekeo
Ngada
Manggarai Timur
Manggarai
Manggarai Barat

Adapun beberapa keutamaan orang flores antara lain :
* Percaya kepada Tuhan yang Kuasa misalnya: dalam doa-doa orang flores “Lera Wulan Tanah Ekan guti na-en”: Tuhan mengambil pulang miliknya.

* Kejujuran dan Keadilan Kepercayaan yang kuat dan penyerahan diri seutuhnya pada Tuhan menimbulkan nilai-nilai keutamaan lainnya yang juga dijunjung tinggi orang Flores seperti kejujuran dan keadilan. Nilai ini muncul sebagai keyakinan bahwa ‘Tuhan mempunyai mata’ (Lera Wulan Tanah Ekan no-on matan) .  Tuhan melihat semua perbuatan manusia, sekalipun tersembunyi. Dia menghukum yang jahat dan mengganjar yang baik.

* Penghargaan yang Tinggi akan Adat dan Upacara Ritual  studi Graham (1985) mengungkapkan bahwa dalam kehidupan sosial-budaya masyarakat Flores Timur, ada empat aspek yang memainkan peranan penting, yaitu episode-episode dalam mitos asal-usul, dan tiga simbol ritual lainnya yakni nuba nara (altar/batu pemujaan), korke (rumah adat), dan namang (tempat menari yang biasanya terletak di halaman korke). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang Flores memiliki penghargaan yang sangat tinggi akan adat-istiadat dan upacara-upacara ritual warisan nenek-moyangnya.

* Rasa Kesatuan Orang Flores.  Ikatan kolektif yang sangat kuat dalam masyarakat Lamaholot terjadi pada tingkat kampung atau Lewo.  Masyarakat Lamaholot pada umumnya memiliki keterikatan yang khas dengan Lewotanah atau tempat tinggal. Melalui ukuran kampung, mereka membedakan dirinya dengan orang dari kampung lainnya. Kampung merupakan kelompok sosial terbesar, dan kesadaran berkelompok hampir tidak melampaui batas kampung  (Vatter, 1984: 72-73). Di Flores sebetulnya tidak ada kesadaran akan persatuan yang bertopang pada pertalian genealogis, historis maupun politis

wisata kota ende

Wisata Ende

Kalimutu Lake
Gunung Kelimutu adalah Gunung yang memiliki tinggi 1.640 meter di atas permukaan laut memiliki tiga buah kepundan di puncaknya yang disebut Danau Kelimutu. Ketiga danau Kelimutu ini memiliki warna air yang berbeda-beda dan berubah tiap saat. Dari warna merah menjadi hijau tua kemudian merah hati.
Kadang menjadi warna cokelat kehitaman dan biru. Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 sampai 150 meter. Gunung Kelimutu meletus terakhir pada 1886 dan meninggalkan tiga kawah berbentuk danau yang airnya berwarna merah (tiwu ata polo), biru (tiwu ko’o fai nuwa muri), dan putih (tiwu ata bupu).
Ketiga warna ini mulai berubah sejak 1969 saat meletusnya Gunung Iya di Ende, dan perubahan warna itu pernah serupa. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, danau dengan air warna merah merupakan tempat berkumpulnya para arwah dari berbagai belahan bumi. Danau dengan air merah adalah tempat berkumpulnya arwah orang jahat, danau biru untuk para pemuda-pemudi, dan danau putih untuk orang tua. “Para arwah akan bermukim di ketiga danau itu sesuai status sosialnya,” pengakuan salah seorang staf Dinas Pariwisata Kab.Ende yakni Djafar Sidiq yang tahu persis tentang Kelimutu.
.
Dalam perjalanan menuju Kelimutu, pengunjung bisa menikmati pemandangan flora dan fauna yang jarang dijumpai di tempat lain seperti cemara gunung, kayu merah, edelweis, landak, babi hutan, tikus besar, dan burung gerugiwa. Pemandangan menakjubkan juga dapat Anda lihat seperti kegiatan solfatara yang terus mengepulkan uap dan dinding kawah yang berwarna kuning. Bila melemparkan pandangan ke bagian timur saat mencapai puncak danau berwarna merah, sebuah bukit terlihat menjulang berbentuk bundar. Itulah Buu Ria, lokasi paling tinggi di Gunung Kelimutu.
Kedebodu waterfallae poro
Air Terjun Kedebodu/Ae Poro Terletak di Desa Kedebodu,Kec.Ende Selatan.Setelah anda tiba di km 8 (ada sebuah kolam renang) Anda melanjutkan ke arah utara ± 5 km dan tiba di air terjun Kedebodu/Ae Poro.Air terjun dengan ketinggian ± 35 meter ini merupakan suatu fenomena yang menakjubkan
Kebun Contoh Detu Bapa
Kebun Contoh Detu Bapa Terletak sekitar 28 km dari kota Ende terdapat di Desa Wolofeo, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende. Kebun contoh ini dikelola oleh Dinas kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ende.Kebun contoh seluas 4,4 ha ditanami antara lain cengkeh, kopi, kakao, salak dan mahoni.wisata indonesia surga-nya dunia

Air Panas Ae Detusoko
Air Panas Ae Oka Detusoko..Setelah anda tiba di Detusoko (ibu kota Kec.Detusoko,± 33 km dari kota Ende), anda berjalan ke arah Utara ±1 km dari terminal Detusoko menuju ke Kolam Air Panas Ae Oka yang telah ditata dengan baik dan rapi. Air panas ini dipercaya dapat menyembuhkan penyakit kulit
Gua Maria
Gua Maria Lourdes Detusoko Terletak sebelah utara sekitar ± 1 km dari Kolam Air Panas Ae Oka. Suasana yang sejuk dan sepi dapat memberi ketenangan dan keheningan bagi anda yang ingin berziarah dan berdoa di Gua Maria Lourdes ini.. wisata indonesia surga-nya dunia
Kampung Adat Wologai
Kampung Adat Wologai terletak di Kecamatan Detusoko ± 40 km arah timut Kota Ende. Memililki sejumlah bangunan rumah adat berasitektur tradisional yang tertata rapi membentuk lingkaran, dengan sejumlah atraksi budaya yang dapat disaksikan di kampung ini terutama saat upacara adat berlangsung.
Dipinggir jalan trans Ende-Maumere, tepatnya di dusun Ekoleta, Desa Wologai Tengah terdapat susunan sawah yang bertingkat yang menjadi suatu pemandangan yang memikat bagi nada yang menyukai suasana persawahan. Padi yang dihasilkan dari sawah ini memunyai rasa yang khas

Mumi Kaki More Wolondopo
Mumi Kaki More Wolondopo Terletak di Desa Wolondopo Kec.Detusoko, kira-kira 7 km dari Ekoleta, Desa Wologai. Mumi Kaki More merupakan mumi dari seorang pengusaha kampung atau Mosalaki .
Atas permintaan Kaki More, jenasahnya tidak dikuburkan tetapi diletakkan di atas pohon beringin. Mumi ini merupakan salah satu aset wisata sejarah di Kabupaten Ende

Air Panas Liasembe
Air Panas Liasembe Terletak di Kampung Liasembe sekitar 2 km dari kampung Moni. Air panas ini digunakan oleh masyarakat umum untuk mandi. Suasana yang sejuk dan airnya hangat dapat menyegarkan anda dari kepenatan.wisata indonesia surga-nya dunia

Waterfalls murundao
Air terjun Murundao Terletak sekitar 400 meter dari kampung Moni. Air terjun Murundao dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama ± 10 menit dari kampung Moni.
Air terjun dengan ketinggian kira-kira 15 meter, air terjun ini dengan pemandangan alam sekitarnya yang sangat menarik untuk dinikmati oleh pengunjung

Kampung Tradisional Ngela
Rumah Adat dan Tenun Ikat Nggela Desa Nggela terletak sekitar 70 km arah selatan dari Kota Ende.Dalam kompleks rumah adat tersebut terdapat 17 buah rumah adat yang ditinggali oleh 17 Mosalaki.Perayaan Adat seperti loka lolo, loka pare dan joka ju dilaksanakan pada bulan Mei-Juni.
Terdapat gading sebanyak 2 buah masing-masing sepanjang 1 meter dan 2 meter yang merupakan peninggalan dari jaman Portugis.Sekitar 3 km dari Nggela ke Kota Ende terdapat Ae Wau (air belerang), tempat pemandian yang dipercaya bisa menyembuhkan segala penyakit




Selasa, 15 September 2015

sejarah kota ende

sejarah kota ende

kota ende
ASAL MUA BERDIRINYA KOTA ENDE Cerita asal mula berdirinya Nua Ende meningkat menjadi Kota Ende, samar-samar saja. Dongeng-dongeng yang mengarah kesana tidak sama benar. Fragmen sejarah tidak memberi kejelasan. Karena itu tidak mudah memberikan jawaban atas pertanyaan : Oleh siapa dan kapan Nua Ende di mulaikan. Mythos yang samar-samar perlu diteliti bersampingan dengan fragmen sejarah, agar dua sumber ini Bantu membantu dalam usaha mencarikan jawaban yang baik.
Mythos didirikan Nua Ende adalah unsur pra sejarah yang dapat dijadikan sumber penelitian. Dongeng-dongeng yang diteliti ini adalah kutipan dari karangan S.Roos “ Iets Over Ende “ dan karangan Van Suchtelen tentang onderafdeling Ende. S.Roos membicarakan antara lain masalah berdirinya Nua Ende dan Tanah Ende B.B.C.M.M. Van Suchtelen Kontroleur onderafdeling Endemengemukan mythos Dori Woi, Kuraro, Jari Jawa. Perbedaan antara S.Roos dan van Suchtelen ialah mythos Kontroleur S.Roos (Sumbi) dibawakan dengan umum saja, sedangkan mythos Van Suchtelen diceritakan dengan diperinci. S.ROOS Tentang Nua Ende ,Tana Ende Walaupun tidak diperinci namun ceritera yang dikemukan Roos amat berharga. Diceriterakan kepadanya tahun 1872 bahwa kira-kira sepuluh turunan lalu sudah turun dua orang dari langit, Ambu Roru lelaki dan Ambu Mo` do wanita. Mereka kawin dan mendapat lima anak, tiga wanita dua lelaki. Satu wanita menghilang tanpa kembali lagi. Empat anak yang lain melanjutkan turunan Ambu Roru dan Ambu Mo`do Pada suatu hari, Borokanda, Rako Madange, Keto Kuwa bersampan dari Pulau Ende ke Pulau Besar karena mereka memasang bubuk disana, untuk menangkap ikan.Mereka mendapat banyak ikan yang separohnya mereka makan ditempat dan yang sisa mereka bawa ke rumah. Sementara makan itu datang tuan tanah Ambu Nggo`be yang diajak turut makan.Pertemuan mereka membawakan persahabatan.Ambu Nggo`be mengajak orang-orang itu meninggalkan Pulau Ende supaya berdiam dipulau besar. Anak isteri dan harta milik dapat diboyong kemudian.Ambu Nggo`be berikan tanah dengan syarat mereka harus bayar, satu gading dan se utas rantai mas. Bahan warisan itu masih disimpan Kai Kembe seorang turunan lurus Ambu Nggo`be. Jadi semua syarat dipenuhi dan diselesaikan.Mereka menebang pohon dan semak memulaikan perkembangan yaitu Nua Roja yang kemudian diganti dengan nama Nua Ende. Terjadi kawin mawin antara penduduk asal pulau Ende dan penduduk asli. Maka putera Ambu Roru kawin dengan putera Ambu Nggo`be.Beberapa waktu kemudian datang seorang lelaki dari Modjopahit dengan mengendarai ngambu atau ikan paus. Ia berdiam di Ende dan kawin dengan wanita anak putera ambu Roru dan Ambu Nggo`be .Pun seorang Cina berdiam di Ende dan kawin dengan dari keluarga sama ini. Orang Cina itu bernama Maga Rinu ( Sic Bapak Kapitan Nggo`be ). Dari ceritera ini dapat disimpulkan bahwa Nua Ende dimulaikan oleh Ambu Nggo`be dan bantuan Ambu Roru dari Pulau Ende dan bantuan orang Majapahit serta orang Cina.

 
Rumah adat
Batas wilayah kabupaten Ende yaitu: Batas Wilayah Kabupaten Ende :
  • Sebelah Utara Kabupaten Ende Berbatasan Dengan Laut Flores Di Nangaboa Dan Di Ngalu Ijukate
  • Sebelah Selatan Kabupaten Ende Berbatasan Dengan Laut Sawu Juga Di Nangaboa Dan Di Ngalu Ijukate
  • Sebelah Timur Kabupaten Ende Berbatasan Dengan Kabupaten Sikka Dari Pantai Utara Nangambawe, Hangamanuria Ke Arah Selatan Dan Di Ngalu Ijukate
  • Sebelah Barat Kabupaten Ende Berbatasan Dengan Kabupaten Ngada Dari Pantai Utara Di Nanganiohiba Ke Arah Tengah Utara, Wuse Ke Arah Tengah Selatan, Sanggawangarowa Menyusur Kali Nangamboa Ke Arah Pantai Selatan Dan Di Nangamboa.
Sedangkan untuk letak astronomis, kabupaten Ende terletak pada 8°26’24,71” LS – 8°54’25,46” LS dan 121°23’40,44” BT – 122°1’33,3” BT. Wilayah Kabupaten Ende Ini Termasuk Juga Dalam Deretan Jalur Gunung Berapi, Sebut Saja Gunung Berapi Iya Yang Memiliki Ketinggian 637 Mdpl, Dimana Letusan Terakhirnya Terjadi Pada Tahun 1969. Masih Ada Juga Gunung Berapi Mutubusa Yang Memiliki Ketinggian 1.690 Mdpl, Dimana Terakhir Kalinya Tercatat Memuntahkan Lahar Panas Pada Tahun 1938. Curah Hujan Di Kabupaten Ende Tercatat Lebih Signifikan Pada Bulan Nopember Hingga Bulan April. Dengan Curah Hujan Rata-Rata Pertahun 2.171 Mm. Perbedaan Amplitudo Suhu Harian Rata-Rata Juga Tidaklah Terlampau Signifikan, Berada Dalam Ambang 6,0° C. Dimana Suhu Terpanas Pada Siang Hari Adalah 33° C Dan Suhu Udara Malam Hari Memiliki Suhu Terendah Pada Titik 23° C. Kelembaban Nisbi Kabupaten Ende Berada Dalam Kisaran Rata-Rata 85 %. Sumber Utama Pertanian Bagi Masyarakat Kabupaten Ende Adalah Dari Beberapa Mata Air Yang Relatif Bertahan Debit Airnya, Selain Dari Sumber Mata Air Tadahan Lainnya. Beberapa Lokasi Mata Air Ini Antara Lain : Mata Air Wolowona Yaitu Mencapai 200 Lt/Dtk Yang Terdapat Di Kecamatan Ndona Tepatnya Berada Di Desa Onelako, Mata Air Aekemele Dengan Debit 40 Lt/Dtk, Mata Air Moni Dengan Debit 35 Lt/Dtk, Mata Air Aeuri Dan Aewenanda Di Kecamatan Ende Selatan. Jenis Tanah Di Kabupaten Ende Adalah Tanah Mediteran, Latosol, Alluvial, Regosol, Grumosol, Dan Andosol.
Satu Mata Air Bersih lainnya, yang sangat sehat sebab bisa langsung diminum tanpa harus direbus adalah Mata Air "Ae Bhobho", terletak di desa Wolokota kecamatan Ndona. Mata Air ini berdebit mencapai 40Lt/Detik, dan memenuhi kebutuhan dua desa yakni Wolokota dan Reka. Mata Air ini sebenarnya sangat potensiil untuk dikelola sebagai air minum bersih, sebab tidak ada sat kapur sama sekali. Sayangnya, belum dipergunakan secara optimal sebagai salah satu usaha ekonomi. hal ini terutama karena masih sulitnya akses ke desa ini karena belum dihubungkan dengan jalan raya.